TARIAN TARIAN BERASAL DARI PAPUA
by :
at :
05 Desember,
label :
SOSBUD
Assalaamu alaikum pengunjung guruKATRO,
Jaman dahulu, Papua adalah Sebuah
Propinsi sekaligus pulau yang dikenal dengan sebutan Irian Jaya, dan
sejak tahun 2002, Irian Jaya dimekarkan menjadi 2 Propinsi. Bagian timur
menjadi Propinsi Papua dan bagian barat menjadi Propinsi Papua Barat.
Dengan alasan karena kedua propinsi itu belum terlalu lama membelah
diri, maka shareSENBUD putuskan sementara ini Tari tarian dari dua
daerah itu masih digabung didalam satu posting, dengan judul Tarian
tarian yang berasal dari daerah Papua.
Papua,
memiliki beberapa tari tradisional yang sebenarnya telah dikenal luas,
baik terkenal di Indonesia maupun di mancanegara, namun disini tetap
saja shareSENBUD posting dengan tujuan untuk membantu mempermudah
pelajar yang sedang mencari referensi utamanya, atau siapa saja yang
sedang membutuhkan informasi ini. Tari Tradisional yang dari daerah yang
sekarang telah menjadi dua propinsi itu antara lain :
Tari
Yospan adalah sejenis tarian pergaulan muda-mudi di Papua. Tarian ini
muncul sekitar tahun 1960 dan bahkan pernah populer dan dipergunakan
sebagai gerak pada senam kesehatan jasmani.
Kata Yospan adalah akronim dari Yosim Pancar, dan merupakan penggabungan dua macam tarian menjadi satu. Tari Yosim merupakan tarian dari daerah Teluk Sairei, dan tari Pancar berasal dari daerah Biak, Numfor dan Manokwari.
Gerakan
tarian Yospan terinspirasi saat pesawat-pesawat bermesin jet mulai
mendaratkan rodanya di Biak sekitar 1960 an saat terjadi konflik antara
Kerajaan Belanda dengan Pemerintah Indonesia. Pada waktu itu, banyak
pesawat-pesawat tempur MiG buatan Rusia yang dipacu oleh pilot-pilot
Indonesia terbang di atas langit Biak tepatnya di atas Bandara Frans
Kaisiepo sambil melakukan gerakan-gerakan aerobatik. Gerak tarian ini
yaitu gerakan dasar yang penuh semangat, dinamik, dan menarik.
Gerakannya dilakukan dengan cara berjalan sambil menari berkeliling
lingkaran di iringi oleh musisi yang menyanyikan lagu asal daerah Papua.
Gerakan yang terkenal dalam tarian ini adalah pancar gas yang merupakan
representasi dari pesawat-pesawat yang melintas dan meninggalkan awan
putih di langit,gale-gale, jef,pacul tiga,seka dan sebagainya
Tarian
Yospan ini biasanya dilakukan oleh 2 Grup terdiri dari grup penari dan
musisi. Alat musik pengiring tarian yospan antara lain tifa, gitar,
ukulele dan bas bersenar 3. Tidak ada patokan khusus pada Pakaian yang
dikenakan penari dan musisi dalam tarian yospan. Setiap grup Yospan
memiliki pakaian tersendiri namun masih mencirikan pakaian Papua.
Gambar tarian Yospan
2. TARI SAJOJO
Tari Sajojo juga sejenis tarian pergaulan berbagai suku adat di Papua. Tarian ini sudah cukup terkenal sebagai tarian penyambut tamu yang sering dipertunjukan dalam acara penyambutan tamu maupun acara lainnya.
Para penari sajojo menari dengan cara melompat dan menghentak-hentakkan kakinya. Berbagai alat musik tradisional Papua seperti tifa juga dipergunakan untuk mengiringi tari sajojo ini.
Tari Sajojo ini mulai terkenal sekitar tahun 1990. Bahkan sejak saat itu, tarian ini banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Tarian yang dinamis ini memang bisa dilakukan oleh semua orang. Dalam perkembangannya musik pengiring tari sajojo ini makin berkembang bahkan diantaranya sudah menggunakan musik modern yang banyak dikenal masyarakat. Tarian ini kerap diiringi lagu daerah Papua, Sajojo. Lagu Sajojo ini menceritakan tentang gadis cantik papua yang menjadi idola di kampungnya
Gambar Tarian Sasojo
3. TARI MUSYOH
Tari Musyoh adalah tari tradisional Papua yang merupakan tarian sakral suku adat yang ada di Papua yang bertujuan untuk menenangkan arwah suku adat papua yang meninggal karena kecelakaan. Suku adat Papua tersebut mempercayai bahwa apabila ada yang meninggal karena kecelakaan, maka arwahnya tidak tenang, sehingga dilakukanlah tarian skral ini (Tari Musyoh) untuk menenangkan arwah orang yang kecelakaan tersebut.
Pementasan Tari Musyoh diiringi permainan alat musik tradisional Papua yaitu Tifa.
Gambar Tarian Musyoh
4. TARI PERANG
Tari Perang adalah salah satu nama tarian yang berasal dari Papua Barat. Tari Perang adalah tari yang melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua. Tarian ini biasanya dibawakan oleh masyarakat pegunungan. Digelar ketika kepala suku memerintahkan untuk berperang, karena tarian ini mampu mengobarkan semangat.
Tari perang termasuk dalam tarian grup, bahkan bisa menjadi tarian kolosal. Tidak ada batasan jumlah penari. Tetapi seperti pada umumnya tarian di Papua, Tari perang pun diringi tifa dan alat musik lainnya, yang menjadi pembeda adalah lantunan lagu-lagu perang pembangkit semangat. Para penari biasanya mengenakan busana tradisional, seperti manik-manik penghias dada, rok yang terbuat dari akar, dan daun-daun yang disisipkan pada tubuh menjadi bukti kecintaan masyarakat Papua pada alam.
Gambar Tarian Perang
5. TARI SUANGGI
Tari Suanggi berasal dari Papua Barat. Tarian ini mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian). Dari sekian banyak karya seni budaya di nusantara ini, masih sedikit referensi atau catatan yang merincikannya dengan detail, di antaranya adalah tentang keberadaan tari Suanggi.Jika kita lihat dari deskripsinya, tari suanggi adalah bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat tentang kekentalan nuansa magis di daerah Papua Barat, Beberapa tarian di Papua, cenderung terkesan berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Seperti halnya tari suanggi. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit. Karl Jaspers menyebut pengalaman-pengalaman yang bisa memunculkan krisis eksistensi ini sebagai situasi batas, dan di antaranya yang paling penting ialah pengalaman menghadapi peristiwa kematian.
Gambar Tarian Suanggi
6. TARI WUTUK KALA
Tari Wutuk Kala berasal dari Papua Barat, khusus suku Moi, tarian mengisahkan seseorang yang berburu ikan dengan menggunakan seakar pohon yang dapat membius ikan sampai mati dengan cara, akar pohon yang dicabut di tempatkan pada satu tempat yang telah disediakan dalam kolam ditumbuk dan disebarluaskan ke tempat-tempat di mana ikan-ikan bersembunyi.
Gambar Tarian Wutuk Kala
7. TARI AFAITANENG
Tari Afaitaneng berasal dari daerah Ambai, di Pulau Yapen, Serui Bagian Selatan, Kabupaten Yapen Waropen. Tari Afaitaneng termasuk jenis tradisional yang berhubungan dengan kepahlawanan. Afaitaneng mempunyai arti panah milik kami. Kata afaitaneng berasal dari kata afai (panah) dan taneng (milik). Tari Afaitaneng dipertunjukkan selama semalam suntuk dimulai sore atau malam hari sesudah berperang. Tari ini menggambarkan kehebatan, kekuatan, dan kemenangan rombongan perang melawan musuh dengan bersenjatakan panah.
Tari Afaitaneng mempunyai tiga urutan tari, sebagai berikut :
Tarian ini ditarikan oleh sekelompok penari wanita dan pria dengan membentuk lingkaran atau barisan. Penari biasa menggunakan kuwai (cawat), manik-manik, dan perhiasan gelang tangan. Dalam menari para penari membawa perlengkapan berupa afai (panah) dan umbee (parang). Disertai iringan lagu Nimasae dengan menggunakan alat musik fikainotu atau tifa dan tibura atau triton.
Gambar Tarian Afaitaneng
8. TARI ALUYEN
Tari Aluyen berasal dari daerah Kalasaman, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Aluyen mempunyai arti lagu yang dinyanyikan, tari Aluyen merupakan tari tradisional yang digunakan sebagai upacara adat yang berhubungan dengan membangun rumah baru, membuat kebun baru, dan lain sebagainya.
Tari Aluyen dipimpin oleh seorang penari dan diikuti penari-penari pria dan wanita. Penari wanita berada di belakang pemimpin dengan dua barisan memanjang, kemudian penari prianya berada dua baris dibelakang penari wanita. Penari melakukan gerak kaki mengikuti irama sambil bergoyang pinggul. Para penari mengenakan pakaian yang dinamakan kamlanan, dengan perhiasan yang dipakai di tangan atau gelang yang terbuat dari li (manik-manik), medik (gelang dari sejenis tali tertentu), dan eme (perhiasan dari daun pandan).
Gambar tari Aluyen (belum tersedia)
9. TARI ANIRI
Tari Aniri terdapat di kampung Koakwa, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Tari Anriri berhubungan dengan magis, tari ini menggambarkan pembebasan seorang anak dari gangguan setan, karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang pergi ke dusun. Aniri mempunyai arti pembebasan seorang anak.
Tari Aniri mempunyai beberapa susunan tari, sebagai berikut :
1. Orang tua
2. Anak kecil yang tinggal sendiri di rumah.
3. Setan datang menemui anak kecil dalam rumah dan dijadikan anaknya.
4. Orang tua mencari anaknya, bertemu lalu dibebaskan.
Gerakan dalam tarian ini adalah alami, tetapi ada beberapa gerak khusus, sebagai berikut :
1. Gerak wae ndi, yaitu gerak melindungi anak dari gangguan setan
2. Gerak Aniri ndi, yaitu gerakan memberikan makanan pada setan untuk melepaskan anak.
3. Gerak Wapai, yaitu gerak pembebasan anak dari kekuatan setan
Penari mengenakan pakaian tauri atau rogoi atau daun sagu delengkapi dengan perhiasan bulu burung Kasuari, Cenderawasih, dan kakaktua putih. Sedangkan tata riasnya menggunakan kapur dan tanah yang berwarna merah. Lagu Awito Tao digunakan sebagai lagu pengiring dan disertai dengan iringan alat musik tifa. Tari ini dipertunjukkan oleh sekelompok pria dan wanta, biasanya pada waktu sore atau malam hari.
10. TARI ANTORONI
Tari Antoroni terdapat di daerah Yapen Waropen, Wandamen. Setiap daerah mempunyai kreasi tari masing-masing. Tari ini diperkenalkan oleh Jotjam Mg. Wanggai. Tari ini ditarikan oleh sekelompok pria dan wanita dengan membawa perlengkapan antoroni (obor), umbee (parang), afai (apanah) atau ato (busur panah), rawangguai (piring), dan neina nunggamiai nuntarai (rangka tengkorak manusia). Alat musik yang mengiringi tari ini adalah tikainotu atau tifa, dan tabura atau triton, disertai beberapa lagu antara lain Sere-sere Muto, Bosare Bana Yuaou, dan Andi Dona-dona Reyo.
Penari mengenakan pakaian kawui barika (cawat biru), dan kuwai bua (cawat putih). Penari pria mengenakan cawat di bagian kepala, sedangkan penari wanita memakai rok atau kain. Mereka juga mengenakan perhiasan dari burung Cenderawasih, bulu burung mambruk, dan gelang yang terbuat dari kulit Bia.
gambar Tarian Aniri (belum tersedia)
11. TARI AYA NENDE
Tari Aya Nende terdapat di daerah Mimika bagian yang berbatasan dengan daerah Asmat, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Daerah ini didiami oleh suku Mimika. Tari ini memiliki empat urutan tari, sebagai berikut :
Pertunjukan tari ini ditarikan oleh sekelompok wanita dan pria, yang dilakukan pada sore dan malam hari selama semalam suntuk. Para penari mengenakan pakaian yang terdiri dari :
1. Tauri, yaitu seperti rok yang bahannya terbuat dari daun kelapa atau pucuk sagu.
2. Tumii, yaitu gelang kaki dan gelang tangan yang terdiri dari pucuk daun kelapa atau pucuk sagu.
Tari Aye Nende diringi dengan alat musik eme atau tifa dan tumuu atau bambu. Dengan lagu pengiring berjudul Ayedendei
Gambar tarian Yospan
2. TARI SAJOJO
Tari Sajojo juga sejenis tarian pergaulan berbagai suku adat di Papua. Tarian ini sudah cukup terkenal sebagai tarian penyambut tamu yang sering dipertunjukan dalam acara penyambutan tamu maupun acara lainnya.
Para penari sajojo menari dengan cara melompat dan menghentak-hentakkan kakinya. Berbagai alat musik tradisional Papua seperti tifa juga dipergunakan untuk mengiringi tari sajojo ini.
Tari Sajojo ini mulai terkenal sekitar tahun 1990. Bahkan sejak saat itu, tarian ini banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Tarian yang dinamis ini memang bisa dilakukan oleh semua orang. Dalam perkembangannya musik pengiring tari sajojo ini makin berkembang bahkan diantaranya sudah menggunakan musik modern yang banyak dikenal masyarakat. Tarian ini kerap diiringi lagu daerah Papua, Sajojo. Lagu Sajojo ini menceritakan tentang gadis cantik papua yang menjadi idola di kampungnya
Gambar Tarian Sasojo
3. TARI MUSYOH
Tari Musyoh adalah tari tradisional Papua yang merupakan tarian sakral suku adat yang ada di Papua yang bertujuan untuk menenangkan arwah suku adat papua yang meninggal karena kecelakaan. Suku adat Papua tersebut mempercayai bahwa apabila ada yang meninggal karena kecelakaan, maka arwahnya tidak tenang, sehingga dilakukanlah tarian skral ini (Tari Musyoh) untuk menenangkan arwah orang yang kecelakaan tersebut.
Pementasan Tari Musyoh diiringi permainan alat musik tradisional Papua yaitu Tifa.
Gambar Tarian Musyoh
4. TARI PERANG
Tari Perang adalah salah satu nama tarian yang berasal dari Papua Barat. Tari Perang adalah tari yang melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua. Tarian ini biasanya dibawakan oleh masyarakat pegunungan. Digelar ketika kepala suku memerintahkan untuk berperang, karena tarian ini mampu mengobarkan semangat.
Tari perang termasuk dalam tarian grup, bahkan bisa menjadi tarian kolosal. Tidak ada batasan jumlah penari. Tetapi seperti pada umumnya tarian di Papua, Tari perang pun diringi tifa dan alat musik lainnya, yang menjadi pembeda adalah lantunan lagu-lagu perang pembangkit semangat. Para penari biasanya mengenakan busana tradisional, seperti manik-manik penghias dada, rok yang terbuat dari akar, dan daun-daun yang disisipkan pada tubuh menjadi bukti kecintaan masyarakat Papua pada alam.
Gambar Tarian Perang
5. TARI SUANGGI
Tari Suanggi berasal dari Papua Barat. Tarian ini mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian). Dari sekian banyak karya seni budaya di nusantara ini, masih sedikit referensi atau catatan yang merincikannya dengan detail, di antaranya adalah tentang keberadaan tari Suanggi.Jika kita lihat dari deskripsinya, tari suanggi adalah bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat tentang kekentalan nuansa magis di daerah Papua Barat, Beberapa tarian di Papua, cenderung terkesan berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Seperti halnya tari suanggi. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit. Karl Jaspers menyebut pengalaman-pengalaman yang bisa memunculkan krisis eksistensi ini sebagai situasi batas, dan di antaranya yang paling penting ialah pengalaman menghadapi peristiwa kematian.
Gambar Tarian Suanggi
6. TARI WUTUK KALA
Tari Wutuk Kala berasal dari Papua Barat, khusus suku Moi, tarian mengisahkan seseorang yang berburu ikan dengan menggunakan seakar pohon yang dapat membius ikan sampai mati dengan cara, akar pohon yang dicabut di tempatkan pada satu tempat yang telah disediakan dalam kolam ditumbuk dan disebarluaskan ke tempat-tempat di mana ikan-ikan bersembunyi.
Gambar Tarian Wutuk Kala
7. TARI AFAITANENG
Tari Afaitaneng berasal dari daerah Ambai, di Pulau Yapen, Serui Bagian Selatan, Kabupaten Yapen Waropen. Tari Afaitaneng termasuk jenis tradisional yang berhubungan dengan kepahlawanan. Afaitaneng mempunyai arti panah milik kami. Kata afaitaneng berasal dari kata afai (panah) dan taneng (milik). Tari Afaitaneng dipertunjukkan selama semalam suntuk dimulai sore atau malam hari sesudah berperang. Tari ini menggambarkan kehebatan, kekuatan, dan kemenangan rombongan perang melawan musuh dengan bersenjatakan panah.
Tari Afaitaneng mempunyai tiga urutan tari, sebagai berikut :
- Bagian 1 : Sekelompok wanita menatapi mayat budak.
- Bagian 2 : Sekelompok pria mendemonstrasikan dalam memanah.
- Bagian 3 : Kegembiraan karena kemenangan dalam perang
Tarian ini ditarikan oleh sekelompok penari wanita dan pria dengan membentuk lingkaran atau barisan. Penari biasa menggunakan kuwai (cawat), manik-manik, dan perhiasan gelang tangan. Dalam menari para penari membawa perlengkapan berupa afai (panah) dan umbee (parang). Disertai iringan lagu Nimasae dengan menggunakan alat musik fikainotu atau tifa dan tibura atau triton.
Gambar Tarian Afaitaneng
8. TARI ALUYEN
Tari Aluyen berasal dari daerah Kalasaman, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Aluyen mempunyai arti lagu yang dinyanyikan, tari Aluyen merupakan tari tradisional yang digunakan sebagai upacara adat yang berhubungan dengan membangun rumah baru, membuat kebun baru, dan lain sebagainya.
Tari Aluyen dipimpin oleh seorang penari dan diikuti penari-penari pria dan wanita. Penari wanita berada di belakang pemimpin dengan dua barisan memanjang, kemudian penari prianya berada dua baris dibelakang penari wanita. Penari melakukan gerak kaki mengikuti irama sambil bergoyang pinggul. Para penari mengenakan pakaian yang dinamakan kamlanan, dengan perhiasan yang dipakai di tangan atau gelang yang terbuat dari li (manik-manik), medik (gelang dari sejenis tali tertentu), dan eme (perhiasan dari daun pandan).
Gambar tari Aluyen (belum tersedia)
9. TARI ANIRI
Tari Aniri terdapat di kampung Koakwa, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Tari Anriri berhubungan dengan magis, tari ini menggambarkan pembebasan seorang anak dari gangguan setan, karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang pergi ke dusun. Aniri mempunyai arti pembebasan seorang anak.
Tari Aniri mempunyai beberapa susunan tari, sebagai berikut :
1. Orang tua
2. Anak kecil yang tinggal sendiri di rumah.
3. Setan datang menemui anak kecil dalam rumah dan dijadikan anaknya.
4. Orang tua mencari anaknya, bertemu lalu dibebaskan.
Gerakan dalam tarian ini adalah alami, tetapi ada beberapa gerak khusus, sebagai berikut :
1. Gerak wae ndi, yaitu gerak melindungi anak dari gangguan setan
2. Gerak Aniri ndi, yaitu gerakan memberikan makanan pada setan untuk melepaskan anak.
3. Gerak Wapai, yaitu gerak pembebasan anak dari kekuatan setan
Penari mengenakan pakaian tauri atau rogoi atau daun sagu delengkapi dengan perhiasan bulu burung Kasuari, Cenderawasih, dan kakaktua putih. Sedangkan tata riasnya menggunakan kapur dan tanah yang berwarna merah. Lagu Awito Tao digunakan sebagai lagu pengiring dan disertai dengan iringan alat musik tifa. Tari ini dipertunjukkan oleh sekelompok pria dan wanta, biasanya pada waktu sore atau malam hari.
10. TARI ANTORONI
Tari Antoroni terdapat di daerah Yapen Waropen, Wandamen. Setiap daerah mempunyai kreasi tari masing-masing. Tari ini diperkenalkan oleh Jotjam Mg. Wanggai. Tari ini ditarikan oleh sekelompok pria dan wanita dengan membawa perlengkapan antoroni (obor), umbee (parang), afai (apanah) atau ato (busur panah), rawangguai (piring), dan neina nunggamiai nuntarai (rangka tengkorak manusia). Alat musik yang mengiringi tari ini adalah tikainotu atau tifa, dan tabura atau triton, disertai beberapa lagu antara lain Sere-sere Muto, Bosare Bana Yuaou, dan Andi Dona-dona Reyo.
Penari mengenakan pakaian kawui barika (cawat biru), dan kuwai bua (cawat putih). Penari pria mengenakan cawat di bagian kepala, sedangkan penari wanita memakai rok atau kain. Mereka juga mengenakan perhiasan dari burung Cenderawasih, bulu burung mambruk, dan gelang yang terbuat dari kulit Bia.
gambar Tarian Aniri (belum tersedia)
11. TARI AYA NENDE
Tari Aya Nende terdapat di daerah Mimika bagian yang berbatasan dengan daerah Asmat, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Daerah ini didiami oleh suku Mimika. Tari ini memiliki empat urutan tari, sebagai berikut :
- Bagian 1 : Kepala adat memasuki pentas, kemudian memanggil istri-istri para pemburu dalam bahasa daerah : "Ajendei dendera suma waee".
- Bagian 2 : Sekelompok wanita sebagai istri para pemburu menyambut kedatangan para pemburu (suami mereka).
- Bagian 3 : Para pemburu menyerahkan hasil buruan kepada para istri.
- Bagian 4 : Inti upacara, ucapan terima kasih kepada nenek moyang mereka.
Pertunjukan tari ini ditarikan oleh sekelompok wanita dan pria, yang dilakukan pada sore dan malam hari selama semalam suntuk. Para penari mengenakan pakaian yang terdiri dari :
1. Tauri, yaitu seperti rok yang bahannya terbuat dari daun kelapa atau pucuk sagu.
2. Tumii, yaitu gelang kaki dan gelang tangan yang terdiri dari pucuk daun kelapa atau pucuk sagu.
Tari Aye Nende diringi dengan alat musik eme atau tifa dan tumuu atau bambu. Dengan lagu pengiring berjudul Ayedendei
Tari
Awaijale Rilejale terdapat di daerah Sentani, kabupaten jayapura,
provinsi papua yang didiami Suku Sentani. Tari ini mengambarkan
keindahan alam danau sentani pada waktu senja, yaitu ketika para warga
pulang dari bekerja dengan menaiki perahu. Para penari terdiri dari
sekelompok pria dan wanita. Mereka mengenakan pakaian yang disebut pea
malo, yang terbuat dari serat pohon genemo, kulit kayu, dan daun sagu,
serta dilengkapi perhiasan hamboni atau kalung manik-manik.
Tari
Falabea terdapat di kalangan suku Sentani, Jayapura, Provinsi Papua.
Falabea mempunyai arti perang, sehingga tari falabea ini menggambarkan
sifat kepahlawanan. Pertunjukan tari ini dilakukan di tanah lapang pada
petang atau malam hari.
Tari
Det Pok Mbui terdapat di tiga kecamatan yaitu Agats, Sauwa Ema, dan
Pirimapun yang berada di kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Tari ini ada
sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun asal kata Det Pok Mbui
adalah Det artinya topeng yang mirip setan, dan Pok Mbui artinya pesta
atau upacara. Jadi, Det Pok Mbui adalah pesta topeng setan.
Tarian
ini ditarikan oleh sekelompok pria dan wanita yang dilakukan pada siang
atau sore hari, setelah panen mencari sagu dengan lama pertunjukan 2
sampai 3 jam. Tempat pertunjukan adalah di tepi sungai, karena ada
adegan menaiki perahu, ada beberapa perahu topeng yang dibawakan oleh
beberapa orang penari.
Para penari wanita
mengenakan pakaian Awer yaitu berupa rok rumput, sedangkan penari pria
aslinya polos atau menenakan rok dari bulu burung kasuari. Perhiasan
yang dipakai berupa gelang-gelang kaki, gelang tangan dan gelang lengan.
Pada bagian leher menggenakan kalung yang terbuat dari gigi anjing,
babi,atau manik-manik. Untuk bagian wajah dan badan penari diberi warna
hitam dari arang, putih dari kapur, dan merah dari tanah atau buah.
Dalam mempertunjukan tari ini di iringgi dengan alat musik fu atau
terompet bambu dan tifa atau gendang. Sedangkan lagu penggiringnya
adalah Jipai So yang berarti setan atau roh halus.
Tari
Dow Mamun terdapat di Biak, kabupaten Teluk Cenderawasih, provinsi
Papua. Tari sudah ada sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, yang
menggambarkan tentang peperangan dan kemenangan. Tari ini dibawakan oleh
sekelompok pria dan wanita yang dilakukan pada sore dan malam hari.
Para penari pria mengenakan pakaian cawat atau mar yang terbuat dari
kulit kayu, dilengkapi dengan perhiasan berupa sisir bambu yang di ukir
dan membawa parang atau sumber, panah atau mariam dan tombak atau bom.
Tari
Entol terdapat disebelah Madrid,pesisir pantai Merauke, Provinsi Papua,
yang didiami suku Marind. Tari ini sebelum kemerdekaan Republik
Indonesia, yang mengambarkan kemenangan setelah melakukan perang
antarsuku. Tari ini diperagakan oleh sekelompok penari pria saja.Mereka
mengenakan pakaian yang bernama Mul, yang terbuat dari daun sagu, yang
panjangnya dari pusar sampai lutut. Sedangkan untuk perhiasan, mereka
memakai Himbu, yaitu berupa topi yang terbuat dari anyaman bulu burung
kasuari. Untuk rias wajah, para penari menggunakan warna putih dari
tanah, warna merah atau mbon untuk bagian dada dan kaki. Pementasan tari
ini dilakukan pada waktu malam hari sampai pagi hari. Tari ini tidak
diiringi oleh alat musik apapun.
Tari
Fayaryar Kar Baryam adalah sejenis taria yang isinya menceritakan
tentang seseorang yang sedang menebang sagu. Tari ini merupakan tari
tradisional yang sudah ditata menjadi tarian baru oleh M.Mandosir.
Tari
Fela Mandu adalah sejenis tari perang yang berasal dari Puyoh Besar,
Puyoh kecil, dan Abar di daerah Sentani Tengah Papua. Tari ini di
tarikan oleh penari pria dan wanita dengan diiringi oleh alat musik tifa
dan wakhu. Mereka menganggap bahwa tarian Fela Mandu adalah ciptaan
leluhur mereka. Dahulu para leluhur orang-orang Putali, Amatali, dan
Abar pergi berperang dan mereka mendapat kemenangan sewaktu melawan suku
Sekori, Sewiron, dan Sebeya di daerah Abar Sentani Tengah. Sampai
sekarang, tari Fela Mandu menjadi tari pergaulan yang bersifat hiburan.
sumber: http://gurukatrondeso.blogspot.co.id/2015/12/tarian-tarian-berasal-dari-papua.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar